Konfrontasi - Presiden Amerika Serikat, Barack Hussein Obama mengkhawatirkan adanya kemungkinan kelompok teror Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) bakal membuat dan memiliki bom nuklir. Presiden Obama mengatakan bila memegang senjata berbahaya itu, ISIS kemungkinan dapat mengubah dunia.
"Tidak ada keraguan bahwa jika orang-orang gila ini memiliki bom nuklir atau senjata berbahan nuklir mereka pasti menggunakannya untuk membunuh sebanyak mungkin orang tidak bersalah," kata Obama pada pertemuan puncak keamanan nuklir (KTT) di Washington, 31 Maret-1 April 2016, seperti dikutip laman Mirror, Sabtu (2/4/2016).
Obama menegaskan hal tersebut tidak boleh terjadi. "Saya orang pertama yang mendorong dijalankan upaya tetap. Dan kita sudah mulai," ujarnya.
Sebagaimana negara-negara pada situasi siaga tingkat tinggi setelah serangan teror di Paris dan Jakarta tahun lalu, dan di Brussels, Belgia, bulan lalu, presiden mengatakan bahwa upaya keamanan sejauh ini telah menggagalkan upaya ISIS untuk mendapatkan senjata nuklir atau bom kotor.
KTT ini digelar selama dua hari, yang turut hadir Perdana Menteri Inggris David Cameron. Dia mengatakan pembicaraan masalah terorisme internasional, di mana konsep teroris dan bahan nuklir muncul bersamaan, adalah persoalan serius dan bahwa ancaman penggunaan nuklir ISIS itu nyata.
"Begitu banyak konferensi yang berurusan dengan hal ini, yang telah menghasilkan keputusan yang salah dan kita mencoba untuk menjalankan yang benar," kata David Cameron. "Ini adalah pertemuan puncak tentang sesuatu yang kita berusaha untuk cegah."
Rusia menolak hadir dalam konferensi itu. Ketidakhadiran Rusia mengundang kecemasan dan pertanyaan besar. Terlebih Rusia diketahui sebagai negara pemilik senjata nuklir terbanyak di dunia.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menjelaskan, Rusia tidak menghadiri KTT Nuklir karena lemahnya kerja sama timbal balik dalam menjalankan agenda KTT. (tmp/mg)