
Konfrontasi - Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bertemu untuk pertama kalia sejak pemimpin Israel tersebut kalah dalam perjanjian nuklir Iran, dengan Washington yang mengharapkan komitmen Israel untuk memberikan solusi dua negara dengan Palestina.
Netanyahu yang membuat Gedung Putih geram karena mendesak Kongres untuk menolak kemunculan perjanjian dengan Iran, mengharapkan kontrak bantuan militer Amerika untuk sepuluh tahun kedepannya.
Saat isu tersebut akan menjadi agenda perbincangan Netanyahu dengan Obama, pejabat Amerika Serikat mengatakan bahwa presiden juga akan menekan Netanyahu untuk terus menghidupkan kemungkinan keberadaan negara Palestina disamping Israel.
Perundingan damai antara Israel dengan Palestina yang disponsori oleh Amerika Serikat berakhir pada 2014. Pecahnya bentrok antara kedua pihak menjadikan usaha-usaha menghentikan pertumpahan darah sebagai prioritas utama.
Dalam komentarnya kepada kabinet pada Minggu terkait kunjungannya ke Washington, Netanyahu hanya membicarakan garis besar tentang kemajuan dengan Palestina, atau setidaknya menstabilkan situasi yang berhubungan dengannya.
Dirinya mengatakan krisis Suriah dan bantuan militer Amerika Serikat untuk Israel juga akan dibicarakan dalam pertemuan pertamanya sejak 13 bulan lalu dengan Obama. Kedua pemimpin negara tersebut hanya memiliki sedikit kedekatan dan sering berselisih terkait masalah Iran dan Palestina.
Rob Malley, koordinator Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat untuk Timur Tengah, Afrika Utara dan wilayah Teluk mengulangi pandangan Obama yang akan meninggalkan kantor tanpa sebuah perjanjian damai Israel dengan Palestina.
Mengacu pada hal tersebut, Malley mengatakan bahwa Washington ingin mendengar gagasan dari Netanyahu mengenai bagaimana menenangkan situasi saat ini dan mencari tanda-tanda bahwa kedua pihak masih ingin mencapai solusi dua negara.
Saat kampanye pemilihan ulang Netanyahu awal tahun ini, pemimpin Likud, partai sayap kanan tersebut bersumpah bahwa tidak akan ada negara Palestina dibawah pengawasannya. Meskipun ketika Netanyahu mundur dan bersikeras dirinya tidak akan mengingkari kebijakan jangka panjang tersebut, Gedung Putih masih belum dapat mempercayainya.
Mengharapkan kenaikan dukungan pertahanan Amerika Serikat, Israel berpendapat bahwa peringanan sanksi yang disetujui oleh para kekuatan dunia dalam perjanjian Juli tentang pembatasan nuklir Iran akan memperbolehkan Teheran untuk memberi lebih banyak untuk pengembangan misilnya, sambil menggandakan pendanaan kepada sekutu gerilya Hezbollah dan Hamas di perbatasan.
Saat ini Israel menerima 3,1 miliar dolar dari Amerika Serikat setiap tahun dan menginginkan lima miliar per tahun untuk sepuluh tahun kedepan, dengan total sejumlah 50 miliar dolar. Namun seorang pejabat Amerika Serikat memperkirakan bahwa kedua pihak akan menetapkan empat hingga lima miliar dolar per tahun. (rol/ar)